Nenek Pemungut Daun
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak secara benar saya lakukan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat keatas Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.” Alkisah, dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung kota itu. Ia berwudhu, masuk ke masjid, dan menunaikan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekadarnya, ia keluar dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berciciran. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu helai pun ia lepaskan. Tentu agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal, terik matahar...