Anakku...
Anakku... Akal saja belumlah cukup, kita perlu hati, hati yg memiliki nurani, hati yang diterangi oleh Cahaya Ilahi, Cahaya yang dicampakkan kepada para wali dan Nabi, Nurun Nabi, Nur Muhammad. Hati adalah kita yang memilikinya. Ia ada di dalam dada ini dan di dalam hati ini jua nurani kita tersimpan. Namun kita sering melakukan perbuatan yang kita sendiri tahu itu salah. Kita ingkari nurani. Hari ini kita senang terhadap sesuatu, boleh jadi esok kita akan sangat menyesal karena kemarin kenapa kita menyukainya. Maha Besar Tuhan yang berkuasa membolak-balikkan hati kita. Hati sifatnya seperti yang diisyaratkan oleh kata padanannya, ”kalbu” yang artinya ”membalik”—berpotensi untuk berbolak-balik; yaitu di satu saat merasa senang, di saat lain merasa susah; suatu kali mau menerima dan suatu kali menolak. Memang, hati tidak konsisten, kecuali yang mendapat bimbingan Nur, cahaya Ilahi. Adapun bisikan ”kata hati”, tidaklah selalu benar. Karena, kadang-kadang ia merupakan lammah malakiyah (b...