TUHAN MENURUT TEORI OER-MONOTHEISME

(Analisis Komparatif dengan Ajaran Islam)

Oleh Kang Kolis

Artikel ini merupakan kajian komparatif tentang konsep tuhan antara teori oer-monothisme dan pandangan tauhid Islam. Oer-monotheisme atau primitive monotheism merupakan salah teori tentang munculnya yang menyatakan bahwa agama tidak muncul dalam proses evolutif, sebagaimana diyakini aliran evolusionisme, melainkan bertolak sejak semula dari keyakinan akan satu tuhan. Monotheisme primitif menyatakan adanya keyakinan satu tuhan dalam nama seperti Sky God (Tuhan langit) atau high God (Tuhan tinggi). Dalam perspektif ajaran Islam, teori tersebut dapat diterima, karena ditemukan beberapa persamaan dengan Islam tentang penggambaran sifat tuhan yang Mahaesa. Sebagaimana dalam oer-monotehisme, pengenalan tuhan dalam Islam adalah melalui wahyu.

PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang dijadikan objek ilmu perbandingan agama ialah teori tentang asal-usul agama yang telah dikemukakan oleh ahli yang menekuni bidang studi agama-sagama. Secara singkat teori/aliran dimaksud adalah:
1. Teori/aliran evolusionisme, yaitu agama timbul dari bukan monotheisime menuju kesempurnaan ialah monotheisme. Monotheisme adalah bentuk terakhir dan tersempurna daripada kepercayaan dan agama umat manusia.
2. Teori/aliran oer-monotheisme atau primitive monotheism, teori ini mengatakan bahwa agama tidak melalui evolusi, dari bertuhan banyak menjadi bertuhan satu, tetapi agama sejak dari dahulu adalah monotheisme atau bertuhan satu.
Kedua teori/aliran di atas sama-sama membicarakan tentang Tuhan. Ajaran ketuhanan adalah hal yang mendasar bagi semua agama, karena dari dasar itulah timbul berbagai tingakh laku keadagamaan dan dari dasar itu pulalah adanya pedoman atau peraturan dalam kehidupan manusia.
Tulisan ini akan mengetengahkan bagaimana konsepsi tentang Tuhan menurut teori/aliran oer-monotheisme dan mencoba menganalisis secara komparatif dengan ajaran Islam.
TUHAN MENURUT TEORI OER-MONOTHEISME
Pada awal abad keduapuluh, muncul suatu teori yang disebut “oer-monotheisme atau primitive monotheism” yang dikemukakan oleh Andrew Lang dalam bukunya The Making of Religion.
Menurut Andrew Lang bahwa di kalangan masyarakat atau suku primitif terdapat suatu kepercayaan terhadap adanya seorang “tokoh” yang dianggap sebagai Dewi Yang Tertinggi atau Supreme Being atau High God.
Dalam teori itu ia menegaskan bahwa pada suku primitif sebenarnya telah ada sistem ketuhanan yang monotheisme. Monotheisme primitif ini adalah monotheisme yang murni, atau disebut “Oer-Monotheisme” dan merupakan buah dari suatu wahyu asli kuno.
Teori ini dinyatakan dalam bukunya The Making of Religion (1998) yang dikutip oleh A. Mukti Ali sebagai berikut:
"Of the existence of a belief a Supreme ini a Supreme Being among primitive tribes there is a good evidence as we posses for any in the ethnografic religion we shall show that certain low a ages are as monotheistic as some Christian. They have a Supreme Being and the distristive attributes of Deity are not by them assigned to other beings".
(Tentang adanya wujud Agung diantara suku-suku primitif terdapatlah bukti yang baik kita miliki bagi tiap kenyataan dalam daerah ethnografi. Kita akan menunjukkan bahwa orang-orang biadap yang rendah tertentu adalah sama monotheisnya sebagaimana sebagian dari orang-orang Kristen. Mereka mempunyai wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas Ketuhanan tidak diberikan oleh mereka kepada lain-lain barang yang maujud.)
Konsep ketuhanan yang monotheistis (oer-monotheisme) yang dianut oleh suku atau masyarakat primitif disebut Dewa Tertinggi sebagai suatu istilah kata High God yang sering dipakai oleh para sarjana yang menekuni studi agama-agama primitif. Wilhelm Schmidt menggunakan istilah tersebut setelah ia membuktikan adanya paham monotheistis yang asli pada bangsa primitif yang terpusatkan pada wujud yang Supreme dan pada umumnya berwujud Sky God (Tuhan langit), yang kadang-kadang dipandang pula sebagai bapak surga.
Kepercayaan terhadap Dewa Tertinggi dimaksud adalah suatu sifat yang asli dan penting dalam agama-agama primitif, setidak-tidaknya pada kebanyakan agama itu masih terdapat bekas-bekasnya, kepercayaan itu ialah suatu kepercayaan kepada “Allah” atau Dewa yang ada dilatar belakang, Dewa yang pertama-tama menetapkan, mengatur dan menjadikan berjenis-jenis hal dan kini boleh juga dikatakan menjaga terpeliharanya segala apa yang telah ditetapkannya dari tempat, yang penting di dalam kultus atau kebaktian. Dewa tertinggi mempunyai fungsi menjamin kenyataan sekarang dan kelanjutannya.
Teori oer-monotheisme yang dimunculkan oleh Andrew Lang adalah hasil penelitiannya di berbagai suku, di belahan dunia ini yang menganut kepercayaan primitif. Personifikasi atas gambaran atribut daripada Dewa Tertinggi dijelaskan dalam mitos-mitos yang diyakini kebenarannya.
Mitos tentang Dewa Tertinggi adalah pencipta dunia, kehidupan dan manusia Wujud Agung (Supreme Being itu dipercaya sebagai pencipta alam semesta dari ketiadaannya (Creator ex nihilo).
Dalam kepercayaan Kaharingan yang dianut oleh masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan terdapat kepercayaan akan adanya satu Dewa yang tertinggi, dia paling berkuasa, pencipta langit dan bumi serta pencipta para Dewa dan sebagainya.
Pendapat yang dikemukakan oleh Andrew Lang yang menentang teori evolusi, ternyata mendapat dukungan dari para sarjana. Di antara para sarjana yang terkenal ialah Archbisop Soderllom dari Swedia, Alfred Bertholet, Edwar Blum Ernst, Le Roy dan Albert C. Kruijt. Pendukungnya yang lebih terkenal dan banyak menulis tentang adanya kepercayaan menotheistis pada suku-suku primitif ialah proposal Wilhelm Schmidt (1968-1954) seorang Katolik dari Jerman pendiri majalah antropologi “anthropos” dan guru besar Ethnologi pada Universitas Wiena. Karyanya yang terkena berjudul Der Ursprug der Gottesides terdiri dari delapan jilid.
Welhelm Schmidt telah melakukan penyelidikan pada beberapa suku primitif di berbagai negeri, seperti Negritos di Kepulauan Philipina, suku-suku yang mendiami Kepulauan Micronesia dan Polinesia, suku Papar di Irian, suku Arunta di Australia, suku-suku yang mendiami kepulauan Andaman di Teluk Bengel, suku Kols dan Pariah di India Tengah dan Selatan, suku Pygni dan Bushmen di Kongo Afrika Tengah, suku Caribian di Hindia Barat, suku Yahgan di ujung selatan Amerika Selatan, suku Amoan dan Hawaiian, suku Kalmuk di Seberia, suku Vedda di Sri Langka, suku Talda dui pegunungan Nilgiri India Selatan, suku Banten di Afrika Selatan dan Tengah bagian Selatan, suku Eskimo dan Amerind (India Amerika) dan suku-suku lainnya.
Dari hasil penelitian Schmidt berkesimpulan bahwa ide tentang Tuhan tidaklah datang evolusi tetapi dengan revelition (wahyu). Kesimpulan ini ia ambil setelah menyelidiki berbagai macam kepercayaan yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat primitif. Dalam penyelidikannya itu ia mendapatkan bukti-bukti bahwa asal usul kepercayaan masyarakat primitif itu ialah monotheisme dan monotheisme ini tidak lain adalah karena ajaran wahyu dari Tuhan.
Konsep monotheisme yang ada di kalangan masyarakat primitif secara umum dapat dilihat pada persamaan sifat Dewa Tertinggi, namun dari segi nama atau sebutannya tentu tidak selalu sama bahkan selalu berbeda di antara satu suku dengan suku lainnya.
Sifat-sifat atau ciri-ciri dari para Dewa Tertinggi dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai sifat-sifat, ciri-ciri dan kepribadian
2. Menjadikan segala sesuatu, menentukan, mengatur dan menjaganya.
3. Menciptakan segala sesuatu berdasarkan kemauan dan pikirannya.
4. Sebagai manifestasi dari Yang Aktif, ia berada di dalam alam ini an kebanyakannya bertempat di langit.
Untuk memperjelas konsep Dewa Tertinggi ini dirasa perlu mengemukakan beberapa contoh Dewa Tertinggi, sebagai berikut:
Pada beberapa suku bangsa di Australia telah ditemukakn adanya kepercayaan kepada Dewa Tertinggi, yang terkenal bernama "Bajami”. Ia menjadikan manusia, binatang, pohon-pohon, sungai-sungai dan pegunungan-pegunungan. Ia mengatur dan menetapkan upacara-upacara yang suci dan peraturan perkawinan.
Dewa tertinggi dari suku Maoris bernama Iho, sedang nama itu berarti “naik ke tempat yang tinggi-tinggi”, suku NegroAkposa mempunyai Dewa Tertinggi bernama Uwoluwu dan nama tersebut sekaligus menunjukkan “sesuatu” yang berada di tempat yang tinggi di tempat yang paling atas. Dari situ dipahami bahwa istilah yang “tertinggi”, yang istimewa, “langit merupakan ide mereka yang disebut nama-nama demikian. Kemahakuasaan Tuhan sering digambarkan dengan ungkapan-ungkapan “sukar dijangkau”, “tidak terbatas”, dan “kekal”.
Di kalangan masyarakat Dayak yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Dewa Tertinggi dikenal dengan nama-nama sebagai berikut:
1. Hala atau Juus Tuha Hala (sebutan Dayak di Ampah Kalimantan Tengah).
2. Hatala atau Mahatala atau Ranyih Hatala Langit (sebutan suku Dayak Kapuas dan Pahandut)
3. Neneng Bahatara Kuasa atau Bhahatara Kuasa (sebutan suku Dayak di Pedalaman Balangan).
4. Lahtala Juus Tuha (suka Dayak Birizo Timur)
5. Tame Tange atau Tumai Tangai (suku Dayak Kahayan)
6. Mahatara (suku Dayak Ngojo)
7. Phatara atau Petara (suku Dayak Iban)
8. Nyu Sangiang (suku Manyan dan Woruln).
9. Lalunganing Singor Olo (suku Dayak di Marabahan).
10. Tala Manah Tuah Hukat.
Di kepulauan Andanan, pada suatu suku yang paling primitif di Asia, mereka percaya kepada Puluga sebagai Dewa Tertinggi dia bertempat di langit, suaranya berwujud guntur, angin merupakan nafasnya, angin rubut merupakan tanda kemarahannya dengan mengirim halilintar untuk menghukum semua orang yang melanggar perintanya, Puluga menciptakan dunia dan menusia pertama yang bernama Tomo.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP TEORI OER-MONOTHEISME
Uraian pada bagian II di atas telah menjelaskan tentang teori oer- monotheisme atau primitive monotheisme, yang mnyatakan bahwa pada masyarakat atau suku primitif telah ada kepercayaan kepada tuhan yang monotheis dan hal itu ada, tidak melalui proses evolusi dan renungan pemikiran manusia primitif melainkan dari wahyu.
Pada bagian ini penulis akan mengetengahkan uaian pandangan Islam terhadap teori tersebut. Untuk ini akan ditinjau dari dua aspek, yaitu pertama dilihat dari konsep ciri atau sifat utama dari tuhan yang diyakini, kedua memperhatikan ayat-ayat Alquran yang berhubungan dengan kesatuan risalah ketuhanan.
1. Sifat atau Ciri-ciri Utama Tuhan
Dalam konsep oer-monotheisme yang diakui sebagai Dewa Tertinggi (dalam istilah: Supreme Being, High God dan Sky God) hanya satu pada setiap komunitas primitif meski terjaadi perbedaan nama atau sebutan yang mungkin disesuaikan dengan bahasa yang digunakan.
Islam mengajarkan bahwa dalam alam ini hanya ada satu Tuhan (Allah). Dia sebagai penggerak awal, pengatur alam semesta. Katakanlah Dialah Yang Mahaesa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seseorangpun yang setara dengan Dia (Q.S. 112: 1-4), …… dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan (Q.S. 38: 65). Keesaan Allah dengan beberapa sifat-Nya disebutkan dalam Alquran (Q.S. 59: 21-24).
Selanjutnya Dewa Tertinggi dipercayai sebagai pencipta, pengatur, dan penguasa alam, termasuk manusia dengan kehidupannya serta binatang dan tumbuh-tumbuhan. Islam menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam (Q.S. 1: 2), yakni Tuhan yang ditaati, yang memiliki, mendidik, dan memelihara alam semesta. Dalam hal ini semua yang diciptakan Tuhan terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya.
Terminologi Pencipta menurut Alquran dinyatakan dengan kata al-Khâliq, disebutkan dalam surah: 40: 62; 39: 63; 63: 3 dan 35; 6: 102; 13: 16-17; 59: 24. Allah disebut al-Fâthir disebutkan dalam surah 6: 101; 2: 107.
2. Kesatuan Risalah Ketuhanan
Ajaran agama tentang keesaan Tuhan telah disampaikan Allah kepada para Rasul yang diutus oleh Allah kepada umat manusia secara berkesinambungan dari rasul pertama Adam as. sampai rasul terakhir, Muhammad saw. pada Rasul sebagai duta-duta Allah untuk manusia.Mereka berkewajiban menyampaikan risalahdan wahyu yang diterimanya itu kepada manusia. Hal ini dinyatakan dalam Alquran surah al-Fâthir ayat 24. Dan tidak satu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Q.S. 35: 24).
Oleh karena itu, sambung-menyambung rentetan risalah ketuhanan kepada umat manusia, bangsa demi bangsa dan generasi demi generasi semuanya bertujuan satu, yaitu membimbing manusia kepada jalan kesempurnaan. Garis besar kerasulan para rasul itu adalah pada aqidah tauhid (monotheisme).
Berikut akan diketengahkan beberapa ayat Alquran yang memberitakan bahwa para rasul sebelum Muhammad saw menyampaikan dan mengajak umat kepada tauhid (monotheisme).
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat) (Q.S. 11: 84) Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman dan Nabi Daud. (Q.S. 4: 163).
Selain dari itu Alquran menegaskan bahwa ada sejumlah Rasul Allah yang tidak diceritakan dalam Alquran, namun ditegaskan oleh Allah swt. bahwa mereka diutus dengan misi yang sama (basyîran wa nadzîran) yang sudah pasti berdasarkan tauhid (monoyheisme). (lihat Q.S. 4: 164-165).
Dari uraian di atas tentang ciri-ciri atau sifat-sifat utama dari Tuhan (Allah swt. menurut Islam) dan kesamaan ini risalah ketuhanan yang diterima dan disampaikan oleh para Rasul, baik yang dikenal nama-nama dan atau yang tidak dikenal nama-namanya, maka dapat dipahami bahwa agama manusia, sejak awal adalah bertuhan satu (tauhid=monotheisme). Ajaran dimaksud tidaklah merupakan hasil renungan yang mendalam oleh para manusia yang utama atau termulia, melainkan bersumber dari wahyu (revelation).
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tuhan menurut teori oer-monotheisme adalah tuhan yang esa (satu) yang mempunyai nama atau sebutan yang berbeda-beda ada setiap unit kepercayaan primitif. Secara umum diistilahkan dengan high God, sky God, Supreme Being dan Dewa Tertinggi. Tuhan dimaksud mempunyai atribut pencipta dunia/alam kehidupan dan manusia.
2. Tuhan menurut Islam adalah tuhan yang Mahaesa (tauhid) yang mempunyai nama atau sebutan yang sama pada setiap komunitas muslim yaitu Allah swt. Tuhan dimaksud mempunyai 99 nama yang semuanya menunjukkan kemahaan dalam eksistensi-Nya termasuk pencipta alam semesta.
3. Bahwa teori oer-monotheisme atau primitive monotheism yang dikemukakan oleh Andrew Lang dan para pendukungnya dapat diterima (dibenarkan) menurut Islam, karena terdapat persamaan yang mendasar pada gambaran atribut Tuhan yang Mahaesa dan Alquran bahwa pengenalan terhadap Tuhan tersebut adalah bersumber dari wahyu.

Comments

Post a Comment

TERIMAKASIH ANDA ANDA TELAH BUAT KOMENTAR DI SINI

Popular posts from this blog

Simbol Alif Lām Lām Hā' dalam Ilmu Shuhud

Menyadari Sir Allah dalam Diri

Mengenal Hakikat Diri Manusia (Bagian II)