SUMBER AJARAN TASAWUF
Di dalam al-Qur’an banyak ditemui ayat-ayat yang mendorong manusia memikirkan alam raya ini, dengan berpikir akan nampak keindahannya dan keindahan pencipta dan dengan demikian akan tumbuh rasa cinta yang mendalam terhadap pencipta. Di antaranya dalam firman Allah:
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لأيات لأولى الألباب
Artinya, “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ”(S. Ali Imran 190). Demikian juga sekian banyak ayat yang memberikan contoh akhlak mulia dan akhlak yang buruk, melalui cerita umat-umat yang lampau, atau melalui larangan dan perintah. Demikian pula manusia selalu didorong beramal saleh dan mengendalikan nafsu keinginannya dan dalam kemampuan mengendalikan nafsu keinginan terletak keberuntungan hidup.
Allah berfirman:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من ذكاها وقد خاب من دساها
Artinya “Dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (S. Asy-Syams 7-10).
Contoh kehidupan shufi banyak pula ditemui dalam kehidupan Rasulullah sehari-hari, yang penuh dengan penderitaan dan waktunya dihabiskan untuk beribadah dan berbakti kepada manusia. Sebelum ia diangkat menjadi Rasul, ia sering melakukan takhanus (khalwat) di gua Hira di Jabal Nur untuk memohon petunjuk. Berulang kali ia menempuh kehidupan seperti itu dan untuk perbekalannya dalam khalwat ini hanya membawa beberapa potong roti kering dengan air minum serta buah korma, yang menggambarkan makanan yang sederhana bagi orang shufi. Ditempat itulah ia bersunyi diri (uzlah) dan memisah diri (infirad) dari masyarakat Quraisy yang dinilainya sudah jauh menyimpang dari ajarannya Tuhan, ajaran yang dibawa oleh nenek moyang mereka Iberahim. Ia ingin mencari kehidupan yang berbeda dengan kehidupan Quraisy, suatu kehidupan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia seorang yang buta huruf, tidak ada yang sanggup mengajar kehidupan suci itu selain Allah. Karena itu ia ingin bertemu (liqa’) Allah, memohon dan meminta petunjuk, baik secara langsung maupun melalui perantara, maka akhirnya ia berhasil memperoleh petunjuk yang disampaikan melalui malaikat Jibril yang kemudian untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar manusia jangan mabuk dengan kehidupan dunia dan kemewahannya. Setelah ia memperoleh petunjuk dengan turunnya wahyu yang pertama awal Surah al-Alaq ayat 1 s/d 5, mulailah ia mengajak manusia agar berusaha menyempurnakan kehidupannya (kamal) dan berperilaku yang luhur (jamal), agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kendatipun ia telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, menjadi pemimpin umat dan menjadi kepala negara dan panglima perang, namun kehidupan sederhana masih mewarnai kehidupannya sehari-hari. Rumah tempat tinggalnya sangat sederhana yang berukuran 2 x 3 meter. Dalam rumah tidak terdapat perabot yang mewah, tidak terdapat makanan yang lezat bahkan makanan yang biasapun jarang terdapat pada setiap waktu makan. Ia tidur di atas tikar yang dianyam dari daun kurma, yang kadang kala kelihatan di pipinya bekas daun kurma, dan kalau ada makanan yang disajikan isterinya hanya terdiri dari roti kering yang terbuat dari gandum yang kasar dengan secangkir air dingin dan sebutir kurma.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa pad suatu hari Aisyah pernah menyampaikan keluhannya kepada keponakannya Urwah katanya: lihat Urwah kadangkala beberapa hari dapurku tidak berasap dan aku menjadi bingung. Urwah bertanya: apa yang kamu makan? Aisyah menjawab: kalau ada makanan hanya terdiri dari kurma dan air dingin, kecuali ada tetangga Anshar yang mengantarkan roti dan susu untuk Rasulullah maka kami dapat merasakan seteguk susu.
Pada suatu hari Rasulullah turun ke mesjid dan bertemu dengan Abu Bakar dan Umar. Rasulullah bertanya: kenapa mereka berdua terus ke mesjid. Keduanya menjawab karena menghibur rasa lapar dan Rasulullah berkata: akupun keluar untuk menghibur rasa lapar.
Rasulullah sering berpuasa sunat yang barangkali maksudnya agar waktu lapar tidak disia-siakan di luar amal kebajikan. Setelah beribadah di mesjid beberapa waktu, ia pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah apakah ada sesuatu untuk dimakan. Dan kalau Aisyah menjawab belum ada, Rasulullah kembali lagi dan bertanya yang akhirnya Rasulullah berhasil memperoleh sesuatu di rumahnya yang diantar oleh Usman bin Affan. Aisyah pernah mengatakan bahwa keluarga Muhammad dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah makan sampai dua kali dan paling banyak makanan tersimpan lebih dari sepotong roti yang dapat dimakan untuk tiga orang.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah berkata: ketakutanku kepada Allah melebihi dari orang lain dan ketakutanku kepadanya tak ada tolok bandingnya. Kadangkala kulalui tiga puluh hari lamanya dengan tidak mempunyai simpanan makanan di rumah, sehingga Bilal datang membawa sepotong roti yang kami makan bersama.
Ibnu Mas’ud pernah masuk ke kamar Rasulullah dan pada saat itu Rasulullah sedang berbaring di atas sepotong tikar dari daun kurma yang memberi bekas pada pipinya. Ibnu Mas’ud bertanya: wahai Rasulullah apakah tidak baik kalau kucarikah sebuah bantal untukmu? Rasulullah menjawab: tak ada hajatku untuk itu. Aku dan dunia laksana seorang yang musafir sebentar berteduh di kala hari panas terik di bawah naungan sepohon kayu yang rindang untuk kemudian berangkat lagi dari situ ke arah tujuan.
Pada suatu hari Umar bin Khatab masuk ke dalam kamar Rasulullah. Ia melihat di dalam kamar itu tidak didapatinya perhiasan, tidak ada perabot yang mewah, hanya didapatnya sebuah bangku yang beralaskan anyaman daun kurma dan tergantung di dinding sebuah guriba (tempat air) persediaan untuk minum dan berwudhu. Umar sangat terharu sehingga meneteskan air mata. Rasulullah menegurnya kenapa ia menangis? Umar menjawab: bagaimana saya tidak menangis, tidak kulihat dalam kamarmu selain dari dua benda itu padahal seluruh kunci Timur dan Barat telah tergenggam di tanganmu. Rasulullah menjawab: aku ini adalah pesuruh Allah wahai Umar. Aku ini bukanlah seorang kaisar dari Persia atau seorang kaisar dari Rumawi. Mereka menuntut dunia dan aku menuntut akhirat.
Emas dan perak serta makanan yang lezat yang disalurkan melalui Rasulullah langsung dibagikan kepada fakir-miskin yang ada di sekelilingnya atau untuk membayar hutang orang Islam yang berhutang atau membayar tebusan para budak. Rasulullah tidak ingin memakainya untuk diri pribadinya, tidak ingin menyimpannya untuk keluarganya.
Diriwayatkan pada suatu hari ia sedang shalat teringat masih ada beberapa keping emas yang belum diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Rasulullah mempercepat shalatnya untuk membagikannya kepada yang berhak menerimanya.
Hasanain Haikal menulis dalam bukunya ”Hayat Muhammad” ketika Rasulullah sedang sakit masih teringat ada tersimpan tujuh keping emas di rumahnya. Rasulullah memanggil keluarganya untuk segera membagikannya kepada yang berhak menerimanya, dan Rasulullah menghadap Tuhannya dengan baju yang compang camping. Ketika Rasulullah wafat tidak meninggalkan harta untuk keluarganya, bahkan tameng yang akan dipakainya dalam peperangan tergadai pada seorang Yahudi untuk nafkah keluarganya.
Rasulullah sebagai panglima perang, sebagai kepala negara yang hidup dalam kesederhanaan dan penderitaan, sepanjang hidupnya disediakan untuk berbakti kepada Allah, menyampaikan agama Allah kepada seluruh umat manusia, tidak menghiraukan kepentingan peribadinya, tidak memikirkan kepentingan keluarganya, tetepi sepanjang hidupnya untuk berbakti kepada seluruh umat manusia.
Para sahabat yang besar mencontoh kehidupan Rasulullah. Dalam kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan yang menunjukkan bahwa perhatian mereka hanya tertuju kepada Allah dan berbakti kepada umat manusia.
Abu Bakar yang hidup hanya dengan sehelai pakaian bahkan semua harta kekayaannya dibelanjakannya untuk kepentingan agama dan negara. Ia serahkan seluruh kehidupannya untuk berbakti kepada Allah dan masyarakat. Abu Bakar yang menjadi teman Rasulullah ketika berada dalam gua Tsur sebelum melakukan Hijrah ke Madinah, ia pula yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam menghadapi perang Tabuk, Rasulullah meminta kepada para sahabat untuk memberikan hartanya di jalan Allah, Abu Bakarlah yang pertama yang menjawab: saya wahai Rasulullah. Ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya sampai Rasulullah bertanya: apa masih ada yang kau tinggalkan kalau semua harta kekayaan ini kau serahkan? Abu Bakar menjawab: cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar yang dulunya sebagai seorang pedagang yang kaya raya di kota Mekah yang kemudian sesudah masuk Islam menjadi seorang yang miskin yang harus menderita. Abu Bakar salah seorang sahabat yang mempunyai akhlak yang mulia, ia disegani baik oleh kawan maupun oleh lawan, ia hidup saleh dan takwa.
Umar bin Khatab seorang yang mempunyai jiwa yang suci dn akhlak yang mulia. Diriwayatkan Umar pernah naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pidatonya. Sedang pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan sekalipun pada waktu itu ia telah menjabat khalifah. Diceritakan pula ketika Abdullah bin Umar yang masih kecil bermain-main dengan anak-anak yang lain semua teman sepermainannya mengejeknya karena pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan. Hal ini disampaikan kepada ayahnya yang menjadi khalifah. Mendengan pengaduannya itu Umar bin Khatab sangat sedih karena tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian anaknya. Ditulisnya sepucuk surat yang ditujukan kepada pegawai Baitul Mal untuk meminjam uang dan pada bulan yang akan datang dipotong dari gajinya. Pegawai Baitul Mal menjawab permintaan itu dengan mengajukan pertanyaan apakah khalifah Umar bin Khatab yakin bahwa ia masih hidup sampai bulan depan. Umar bin Khatab membacanya dengan perasaan haru dan dengan diiringi air mata menjawab pertanyaan itu tidak jadi meminjam uang Baitul Mal karena ia sendiri tidak yakin masih hidup sampai bulan depan. Setelah Umar menjadi khalifah pada suatu malam ia keluar untuk melihat keadaan rakyatnya yang sebenarnya. Pada malam itu ia mendengar tangisan bayi dari sebuah gubuk yang terletak di pinggiran kota. Umar mendekat gubuk itu dan dilihatnya ada seorang wanita yang sedang memasak. Umar bin Khatab bertanya kenapa anak itu terus menangis? Wanita itu menjawab bahwa anak itu kelaparan dan hendak makan, sedang ia sendiri tidak mempunyai makanan dan yang dimasaknya hanya batu untuk menenangkan bayinya agar tertidur. Wanita itu berkata: alangkan celakanya khalifah kami ini yang tidak mengerti nasib kami. Setelah mendengar itu Umar bin Khatab pergi ke tempat penyimpanan bahan makanan diambilnya sekaraung gandum dan ia sendiri yang memikulnya sampai ke gubuk wanita itu. Sampai di gubuk Umar sendiri yang memasaknya dan setelah masak diberi makan bayi dan setelah makan ia berpesan agar besok ia datang menghadap khalifah untuk mengadukan nasibnya. Keesokan harinya ia pergi menemui khalifah, tetapi setelah bertemu ia terkejut karena lelaki yang membawa gandum pada malam itu ialah khalifah Umar bin Khatab.
Diriwayatkan, ketika datang kiriman harta zakat dari Yaman, diadakan suatu pertemuan besar karena Umar bin Khatab akan menyampaikan pidatonya. Dalam pidato itu Umar bin Khatab meminta kepada masyarakat untuk membantunya dan mentaati perintahnya, tiba-tiba seorang lelaki menginstruksi pidatonya katanya: kami tidak akan mentaati perintahmu. Umar bertanya kenapa? Orang itu berkata: bagaimana kami dapat mentaatimu sedang harta zakat yang dikirim dari Yaman telah kau bagikan sedang kau sendiri hanya memperoleh bagian yang sama dengan bagian orang lain. Kami melihat pakaianmu hanya sepersalinan, tidak ada pakaian untuk musim panas dan tidak ada pakaian untuk musim dingin, karena itu sebelum kau mengambil satu persalinan lagi kami tidak akan mematuhimu. Sanggahan itu tidak dijawabnya tetapi ia meminta kepada puteranya Abdullah bin Umar untuk menjawabnya. Abdullah bin Umar berkata: pakaian khalifah yang satu persalinan lagi biarlah aku yang menanggungnya. Lelaki itu berkata: sekarang barulah kami mentaatimu.
Ketika Umar bin Khatab mendapat undangan dari Gubernur Amru bin Ash untuk datang ke Mesir dan akan memberikan pidato di mesid yang baru dibangunnya. Dalam rangka penyambutan khalifah Umar dipersiapkan sebuah mimbar yang mewah, namun setelah Umar melihat mimbar itu ia berkata kepada gubernur agar mengeluarkan mimbar itu dari dalam mesjid karena ia tidak tega berbicara seolah-olah berdiri di atas kepala umat Islam. Demikian kehidupan Umar bin Khatab yang penuh kesederhanaan, keluarganya sama dengan keluarga biasa, makan sekedar untuk menutup rasa lapar dan memakai pakaian sekedar hanya menutup aurat.
Usman bin Affan meskipun termasuk orang yang kaya yang mendapat kelapangan rezeki dari Allah, namun dalam kehidupannya sehari-hari juga sangat sederhana. Di kala ia berada di rumah, kitab suci al-Qur’an selalu di tangannya, pada malam hari ia selalu menelaah isi al-Qur’an dan kadang kala sampai larut malam dan ketika ia tewas dibunuh oleh para pemberontak al-Qur’an masih berada di tangannya. Di masa khalifah Abu Bakar terjadi kemarau panjang, seluruh masyarakat datang ke rumah Abu Bakar untuk mengadu kalau dalam beberapa hari lagi bahan makanan tidak tiba di kota Medinah ini maka sebagian penduduk akan mati kelaparan. Abu bakar hanya menjawab: bersabarlah, pertolongan Allah pasti akan tiba. Beberapa hari setelah itu tersebar berita bahwa ada sekitar seribu ekor onta milik Usman bin Affan yang berangkat dari Syam menuju ke Medinah membawa gandum dan minyak. Setelah khalifah itu tiba di Medinah dan berhenti di depan rumah Usman bin Affan ia menyuruh agar gandum dan minyak dimasukkan ke dalam gudang. Para pedagang berkumpul di depan rumahnya untuk membeli gandum dan minyak itu. Dan dalam lelang hari itu terjadi tawar menawar, mulai penawaran dua kali lipat, tiga kali lipat, empat kali lipat, lima kali lipat, dan enam kali lipat, empat kali lipat, lima kali lipat dan enam kali lipat dari modalnya, akhirnya Usman bin Affan menawarkan sepuluh kali lipat adakah yang bersedia membelinya? Setelah kelihatan tidak ada yang berani lebih dari enam kali lipat, Usman berkata: besok panggil fakir dan miskin kemari dan aku akan membagi bahan makanan ini dengan cuma-cuma.
Ali bin Abi Thalib hidupnya juga sangat sederhana, karena komitmennya terhadap Islam yang menyebabkan tidak begitu menghiraukan pakaian yang dipakainya robek, dan kalau pakaiannya robek ia sendiri yang menjahitnya. Orang bertanya kepadanya: kenapa pakaiannya seperti itu? Katanya: untuk mengkhusukan hati dan untuk menjadi teladan bagi orang-orang yang beriman.
Ada lagi seorang sahabat yang hidup zuhud dan kalau ia berbicara orang selalu tertarik terhadap ucapannya ialah Huzaifah bin Yaman. Kalau ia berkata orang yang mendengarnya terpaksa berpikir lebih mendalam dan termenung lebih lama, baik ucapannya yang menyangkut pengertian ke Esaan Allah maupun mengenai rahasia batin manusia. Orang sangat tertarik terhadap ucapan-ucapannya karena apa yang diucapkannya tidak pernah keluar dari mulut sahabat yang lain dan dari mana ia memperolehnya. Huzaifah menjawab: Rasulullah telah memberikan keistimewaan kepadanya, karena waktu berhadapan dengan Rasulullah orang selalu menanyakan kebaikan tetapi aku selalu bertanya tentang kejahatan karena aku takut terjerumus ke dalam kejahatan.
Abu Thalib al-Maki menulis dalam bukunya ”Qutu al-Qulub” bahwa Huzaifah bin Yaman mempunyai ilmu pengetahuan yang luas tentang budai pekerti serta keyakinannya yang dalam terhadap ajaran agama. Kalau dibanding dengan para sahabat yang lainnya. Umar dan Usman sering berkonsultasi dengannya, meminta saran dan pendapatnya, karena ia memiliki ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh para sahabat yang lain. Karena itu, orang shufi berpendapat ada hal-hal yang perlu disembunyikan sebagai rahasia dalam ilmu tasawuf dan ajaran-ajaran yang seperti itu tidak boleh dibeberkan kepada orang lain kecuali kepada orang yang dianggap layak menerimanya. Mereka menyitir ucapan Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari yang katanya:
حفظت من رسول الله (ص) وعائين من العلم فأما أحدهما فبينته والأخر لوبينته لقطع منى هذا الحلقوم
Artinya: “Aku peroleh dari Rasulullah dua bejana ilmu pengetahuan, satu di antaranya yang kusampaikan kepada orang lain, dan yang satu lagi tidak kusampaikan dan kalau kusampaikan juga niscaya leherku akan dipenggal”.
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لأيات لأولى الألباب
Artinya, “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ”(S. Ali Imran 190). Demikian juga sekian banyak ayat yang memberikan contoh akhlak mulia dan akhlak yang buruk, melalui cerita umat-umat yang lampau, atau melalui larangan dan perintah. Demikian pula manusia selalu didorong beramal saleh dan mengendalikan nafsu keinginannya dan dalam kemampuan mengendalikan nafsu keinginan terletak keberuntungan hidup.
Allah berfirman:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من ذكاها وقد خاب من دساها
Artinya “Dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (S. Asy-Syams 7-10).
Contoh kehidupan shufi banyak pula ditemui dalam kehidupan Rasulullah sehari-hari, yang penuh dengan penderitaan dan waktunya dihabiskan untuk beribadah dan berbakti kepada manusia. Sebelum ia diangkat menjadi Rasul, ia sering melakukan takhanus (khalwat) di gua Hira di Jabal Nur untuk memohon petunjuk. Berulang kali ia menempuh kehidupan seperti itu dan untuk perbekalannya dalam khalwat ini hanya membawa beberapa potong roti kering dengan air minum serta buah korma, yang menggambarkan makanan yang sederhana bagi orang shufi. Ditempat itulah ia bersunyi diri (uzlah) dan memisah diri (infirad) dari masyarakat Quraisy yang dinilainya sudah jauh menyimpang dari ajarannya Tuhan, ajaran yang dibawa oleh nenek moyang mereka Iberahim. Ia ingin mencari kehidupan yang berbeda dengan kehidupan Quraisy, suatu kehidupan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia seorang yang buta huruf, tidak ada yang sanggup mengajar kehidupan suci itu selain Allah. Karena itu ia ingin bertemu (liqa’) Allah, memohon dan meminta petunjuk, baik secara langsung maupun melalui perantara, maka akhirnya ia berhasil memperoleh petunjuk yang disampaikan melalui malaikat Jibril yang kemudian untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar manusia jangan mabuk dengan kehidupan dunia dan kemewahannya. Setelah ia memperoleh petunjuk dengan turunnya wahyu yang pertama awal Surah al-Alaq ayat 1 s/d 5, mulailah ia mengajak manusia agar berusaha menyempurnakan kehidupannya (kamal) dan berperilaku yang luhur (jamal), agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kendatipun ia telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, menjadi pemimpin umat dan menjadi kepala negara dan panglima perang, namun kehidupan sederhana masih mewarnai kehidupannya sehari-hari. Rumah tempat tinggalnya sangat sederhana yang berukuran 2 x 3 meter. Dalam rumah tidak terdapat perabot yang mewah, tidak terdapat makanan yang lezat bahkan makanan yang biasapun jarang terdapat pada setiap waktu makan. Ia tidur di atas tikar yang dianyam dari daun kurma, yang kadang kala kelihatan di pipinya bekas daun kurma, dan kalau ada makanan yang disajikan isterinya hanya terdiri dari roti kering yang terbuat dari gandum yang kasar dengan secangkir air dingin dan sebutir kurma.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa pad suatu hari Aisyah pernah menyampaikan keluhannya kepada keponakannya Urwah katanya: lihat Urwah kadangkala beberapa hari dapurku tidak berasap dan aku menjadi bingung. Urwah bertanya: apa yang kamu makan? Aisyah menjawab: kalau ada makanan hanya terdiri dari kurma dan air dingin, kecuali ada tetangga Anshar yang mengantarkan roti dan susu untuk Rasulullah maka kami dapat merasakan seteguk susu.
Pada suatu hari Rasulullah turun ke mesjid dan bertemu dengan Abu Bakar dan Umar. Rasulullah bertanya: kenapa mereka berdua terus ke mesjid. Keduanya menjawab karena menghibur rasa lapar dan Rasulullah berkata: akupun keluar untuk menghibur rasa lapar.
Rasulullah sering berpuasa sunat yang barangkali maksudnya agar waktu lapar tidak disia-siakan di luar amal kebajikan. Setelah beribadah di mesjid beberapa waktu, ia pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah apakah ada sesuatu untuk dimakan. Dan kalau Aisyah menjawab belum ada, Rasulullah kembali lagi dan bertanya yang akhirnya Rasulullah berhasil memperoleh sesuatu di rumahnya yang diantar oleh Usman bin Affan. Aisyah pernah mengatakan bahwa keluarga Muhammad dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah makan sampai dua kali dan paling banyak makanan tersimpan lebih dari sepotong roti yang dapat dimakan untuk tiga orang.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah berkata: ketakutanku kepada Allah melebihi dari orang lain dan ketakutanku kepadanya tak ada tolok bandingnya. Kadangkala kulalui tiga puluh hari lamanya dengan tidak mempunyai simpanan makanan di rumah, sehingga Bilal datang membawa sepotong roti yang kami makan bersama.
Ibnu Mas’ud pernah masuk ke kamar Rasulullah dan pada saat itu Rasulullah sedang berbaring di atas sepotong tikar dari daun kurma yang memberi bekas pada pipinya. Ibnu Mas’ud bertanya: wahai Rasulullah apakah tidak baik kalau kucarikah sebuah bantal untukmu? Rasulullah menjawab: tak ada hajatku untuk itu. Aku dan dunia laksana seorang yang musafir sebentar berteduh di kala hari panas terik di bawah naungan sepohon kayu yang rindang untuk kemudian berangkat lagi dari situ ke arah tujuan.
Pada suatu hari Umar bin Khatab masuk ke dalam kamar Rasulullah. Ia melihat di dalam kamar itu tidak didapatinya perhiasan, tidak ada perabot yang mewah, hanya didapatnya sebuah bangku yang beralaskan anyaman daun kurma dan tergantung di dinding sebuah guriba (tempat air) persediaan untuk minum dan berwudhu. Umar sangat terharu sehingga meneteskan air mata. Rasulullah menegurnya kenapa ia menangis? Umar menjawab: bagaimana saya tidak menangis, tidak kulihat dalam kamarmu selain dari dua benda itu padahal seluruh kunci Timur dan Barat telah tergenggam di tanganmu. Rasulullah menjawab: aku ini adalah pesuruh Allah wahai Umar. Aku ini bukanlah seorang kaisar dari Persia atau seorang kaisar dari Rumawi. Mereka menuntut dunia dan aku menuntut akhirat.
Emas dan perak serta makanan yang lezat yang disalurkan melalui Rasulullah langsung dibagikan kepada fakir-miskin yang ada di sekelilingnya atau untuk membayar hutang orang Islam yang berhutang atau membayar tebusan para budak. Rasulullah tidak ingin memakainya untuk diri pribadinya, tidak ingin menyimpannya untuk keluarganya.
Diriwayatkan pada suatu hari ia sedang shalat teringat masih ada beberapa keping emas yang belum diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Rasulullah mempercepat shalatnya untuk membagikannya kepada yang berhak menerimanya.
Hasanain Haikal menulis dalam bukunya ”Hayat Muhammad” ketika Rasulullah sedang sakit masih teringat ada tersimpan tujuh keping emas di rumahnya. Rasulullah memanggil keluarganya untuk segera membagikannya kepada yang berhak menerimanya, dan Rasulullah menghadap Tuhannya dengan baju yang compang camping. Ketika Rasulullah wafat tidak meninggalkan harta untuk keluarganya, bahkan tameng yang akan dipakainya dalam peperangan tergadai pada seorang Yahudi untuk nafkah keluarganya.
Rasulullah sebagai panglima perang, sebagai kepala negara yang hidup dalam kesederhanaan dan penderitaan, sepanjang hidupnya disediakan untuk berbakti kepada Allah, menyampaikan agama Allah kepada seluruh umat manusia, tidak menghiraukan kepentingan peribadinya, tidak memikirkan kepentingan keluarganya, tetepi sepanjang hidupnya untuk berbakti kepada seluruh umat manusia.
Para sahabat yang besar mencontoh kehidupan Rasulullah. Dalam kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan yang menunjukkan bahwa perhatian mereka hanya tertuju kepada Allah dan berbakti kepada umat manusia.
Abu Bakar yang hidup hanya dengan sehelai pakaian bahkan semua harta kekayaannya dibelanjakannya untuk kepentingan agama dan negara. Ia serahkan seluruh kehidupannya untuk berbakti kepada Allah dan masyarakat. Abu Bakar yang menjadi teman Rasulullah ketika berada dalam gua Tsur sebelum melakukan Hijrah ke Madinah, ia pula yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam menghadapi perang Tabuk, Rasulullah meminta kepada para sahabat untuk memberikan hartanya di jalan Allah, Abu Bakarlah yang pertama yang menjawab: saya wahai Rasulullah. Ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya sampai Rasulullah bertanya: apa masih ada yang kau tinggalkan kalau semua harta kekayaan ini kau serahkan? Abu Bakar menjawab: cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar yang dulunya sebagai seorang pedagang yang kaya raya di kota Mekah yang kemudian sesudah masuk Islam menjadi seorang yang miskin yang harus menderita. Abu Bakar salah seorang sahabat yang mempunyai akhlak yang mulia, ia disegani baik oleh kawan maupun oleh lawan, ia hidup saleh dan takwa.
Umar bin Khatab seorang yang mempunyai jiwa yang suci dn akhlak yang mulia. Diriwayatkan Umar pernah naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pidatonya. Sedang pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan sekalipun pada waktu itu ia telah menjabat khalifah. Diceritakan pula ketika Abdullah bin Umar yang masih kecil bermain-main dengan anak-anak yang lain semua teman sepermainannya mengejeknya karena pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan. Hal ini disampaikan kepada ayahnya yang menjadi khalifah. Mendengan pengaduannya itu Umar bin Khatab sangat sedih karena tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian anaknya. Ditulisnya sepucuk surat yang ditujukan kepada pegawai Baitul Mal untuk meminjam uang dan pada bulan yang akan datang dipotong dari gajinya. Pegawai Baitul Mal menjawab permintaan itu dengan mengajukan pertanyaan apakah khalifah Umar bin Khatab yakin bahwa ia masih hidup sampai bulan depan. Umar bin Khatab membacanya dengan perasaan haru dan dengan diiringi air mata menjawab pertanyaan itu tidak jadi meminjam uang Baitul Mal karena ia sendiri tidak yakin masih hidup sampai bulan depan. Setelah Umar menjadi khalifah pada suatu malam ia keluar untuk melihat keadaan rakyatnya yang sebenarnya. Pada malam itu ia mendengar tangisan bayi dari sebuah gubuk yang terletak di pinggiran kota. Umar mendekat gubuk itu dan dilihatnya ada seorang wanita yang sedang memasak. Umar bin Khatab bertanya kenapa anak itu terus menangis? Wanita itu menjawab bahwa anak itu kelaparan dan hendak makan, sedang ia sendiri tidak mempunyai makanan dan yang dimasaknya hanya batu untuk menenangkan bayinya agar tertidur. Wanita itu berkata: alangkan celakanya khalifah kami ini yang tidak mengerti nasib kami. Setelah mendengar itu Umar bin Khatab pergi ke tempat penyimpanan bahan makanan diambilnya sekaraung gandum dan ia sendiri yang memikulnya sampai ke gubuk wanita itu. Sampai di gubuk Umar sendiri yang memasaknya dan setelah masak diberi makan bayi dan setelah makan ia berpesan agar besok ia datang menghadap khalifah untuk mengadukan nasibnya. Keesokan harinya ia pergi menemui khalifah, tetapi setelah bertemu ia terkejut karena lelaki yang membawa gandum pada malam itu ialah khalifah Umar bin Khatab.
Diriwayatkan, ketika datang kiriman harta zakat dari Yaman, diadakan suatu pertemuan besar karena Umar bin Khatab akan menyampaikan pidatonya. Dalam pidato itu Umar bin Khatab meminta kepada masyarakat untuk membantunya dan mentaati perintahnya, tiba-tiba seorang lelaki menginstruksi pidatonya katanya: kami tidak akan mentaati perintahmu. Umar bertanya kenapa? Orang itu berkata: bagaimana kami dapat mentaatimu sedang harta zakat yang dikirim dari Yaman telah kau bagikan sedang kau sendiri hanya memperoleh bagian yang sama dengan bagian orang lain. Kami melihat pakaianmu hanya sepersalinan, tidak ada pakaian untuk musim panas dan tidak ada pakaian untuk musim dingin, karena itu sebelum kau mengambil satu persalinan lagi kami tidak akan mematuhimu. Sanggahan itu tidak dijawabnya tetapi ia meminta kepada puteranya Abdullah bin Umar untuk menjawabnya. Abdullah bin Umar berkata: pakaian khalifah yang satu persalinan lagi biarlah aku yang menanggungnya. Lelaki itu berkata: sekarang barulah kami mentaatimu.
Ketika Umar bin Khatab mendapat undangan dari Gubernur Amru bin Ash untuk datang ke Mesir dan akan memberikan pidato di mesid yang baru dibangunnya. Dalam rangka penyambutan khalifah Umar dipersiapkan sebuah mimbar yang mewah, namun setelah Umar melihat mimbar itu ia berkata kepada gubernur agar mengeluarkan mimbar itu dari dalam mesjid karena ia tidak tega berbicara seolah-olah berdiri di atas kepala umat Islam. Demikian kehidupan Umar bin Khatab yang penuh kesederhanaan, keluarganya sama dengan keluarga biasa, makan sekedar untuk menutup rasa lapar dan memakai pakaian sekedar hanya menutup aurat.
Usman bin Affan meskipun termasuk orang yang kaya yang mendapat kelapangan rezeki dari Allah, namun dalam kehidupannya sehari-hari juga sangat sederhana. Di kala ia berada di rumah, kitab suci al-Qur’an selalu di tangannya, pada malam hari ia selalu menelaah isi al-Qur’an dan kadang kala sampai larut malam dan ketika ia tewas dibunuh oleh para pemberontak al-Qur’an masih berada di tangannya. Di masa khalifah Abu Bakar terjadi kemarau panjang, seluruh masyarakat datang ke rumah Abu Bakar untuk mengadu kalau dalam beberapa hari lagi bahan makanan tidak tiba di kota Medinah ini maka sebagian penduduk akan mati kelaparan. Abu bakar hanya menjawab: bersabarlah, pertolongan Allah pasti akan tiba. Beberapa hari setelah itu tersebar berita bahwa ada sekitar seribu ekor onta milik Usman bin Affan yang berangkat dari Syam menuju ke Medinah membawa gandum dan minyak. Setelah khalifah itu tiba di Medinah dan berhenti di depan rumah Usman bin Affan ia menyuruh agar gandum dan minyak dimasukkan ke dalam gudang. Para pedagang berkumpul di depan rumahnya untuk membeli gandum dan minyak itu. Dan dalam lelang hari itu terjadi tawar menawar, mulai penawaran dua kali lipat, tiga kali lipat, empat kali lipat, lima kali lipat, dan enam kali lipat, empat kali lipat, lima kali lipat dan enam kali lipat dari modalnya, akhirnya Usman bin Affan menawarkan sepuluh kali lipat adakah yang bersedia membelinya? Setelah kelihatan tidak ada yang berani lebih dari enam kali lipat, Usman berkata: besok panggil fakir dan miskin kemari dan aku akan membagi bahan makanan ini dengan cuma-cuma.
Ali bin Abi Thalib hidupnya juga sangat sederhana, karena komitmennya terhadap Islam yang menyebabkan tidak begitu menghiraukan pakaian yang dipakainya robek, dan kalau pakaiannya robek ia sendiri yang menjahitnya. Orang bertanya kepadanya: kenapa pakaiannya seperti itu? Katanya: untuk mengkhusukan hati dan untuk menjadi teladan bagi orang-orang yang beriman.
Ada lagi seorang sahabat yang hidup zuhud dan kalau ia berbicara orang selalu tertarik terhadap ucapannya ialah Huzaifah bin Yaman. Kalau ia berkata orang yang mendengarnya terpaksa berpikir lebih mendalam dan termenung lebih lama, baik ucapannya yang menyangkut pengertian ke Esaan Allah maupun mengenai rahasia batin manusia. Orang sangat tertarik terhadap ucapan-ucapannya karena apa yang diucapkannya tidak pernah keluar dari mulut sahabat yang lain dan dari mana ia memperolehnya. Huzaifah menjawab: Rasulullah telah memberikan keistimewaan kepadanya, karena waktu berhadapan dengan Rasulullah orang selalu menanyakan kebaikan tetapi aku selalu bertanya tentang kejahatan karena aku takut terjerumus ke dalam kejahatan.
Abu Thalib al-Maki menulis dalam bukunya ”Qutu al-Qulub” bahwa Huzaifah bin Yaman mempunyai ilmu pengetahuan yang luas tentang budai pekerti serta keyakinannya yang dalam terhadap ajaran agama. Kalau dibanding dengan para sahabat yang lainnya. Umar dan Usman sering berkonsultasi dengannya, meminta saran dan pendapatnya, karena ia memiliki ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh para sahabat yang lain. Karena itu, orang shufi berpendapat ada hal-hal yang perlu disembunyikan sebagai rahasia dalam ilmu tasawuf dan ajaran-ajaran yang seperti itu tidak boleh dibeberkan kepada orang lain kecuali kepada orang yang dianggap layak menerimanya. Mereka menyitir ucapan Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari yang katanya:
حفظت من رسول الله (ص) وعائين من العلم فأما أحدهما فبينته والأخر لوبينته لقطع منى هذا الحلقوم
Artinya: “Aku peroleh dari Rasulullah dua bejana ilmu pengetahuan, satu di antaranya yang kusampaikan kepada orang lain, dan yang satu lagi tidak kusampaikan dan kalau kusampaikan juga niscaya leherku akan dipenggal”.
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH ANDA ANDA TELAH BUAT KOMENTAR DI SINI