Tahlil

Anda yang mencari kebenaran akan menemui kebenaran apabila Anda menyingkirkan dari benak Anda terlebih dahulu segala macam ide, teori, dan data yang tidak benar, persis seperti yang dilakukan oleh pengucap kalimat tahlil. Kalau ini tidak Andalakukan, maka hati dan pikiran Anda tetap akan diselubungi oleh kerancuan dan kesalahan.

Yang paling utama kuucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelum aku
adalah la ilaha illallah
” (HR. Ahmad)


Zikir yang paling utama adalah La Ilaha Illa Allah
(HR. At-Tirmidzi melalui Jabir bin Abdillah)


لا اله الا الله
La Ilaha Illa Allah

“Tidak ada Tuhan kecuali Allah

Kalimat di atas adalah kesaksian yang dimulai dengan pengingkaran, la ilaha (tidak ada Tuhan), kemudian disusul dengan penetapan, illa Allah (kecuali Allah).

Anda yang mencari kebenaran akan menemui kebenaran apabila Anda menyingkirkan dari benak Anda terlebih dahulu segala macam ide, teori, dan data yang tidak benar, persis seperti yang dilakukan oleh pengucap kalimat ini. Kalau ini tidak dilakukan, maka hati dan pikiran tetap akan diselubungi oleh kerancuan dan kesalahan.

Singkirkanlah segala kekuatan dari benak dan hati Anda dan mengarahlah kepada sumber kekuatan dan penganugerahnya. Tiada Pencipta, Pengatur alam raya kecuali Allah Swt.

Manusia, hamba Allah, harus dapat mengambil dari lafal ini kesadaran tentang taalluh Allah (kekuasaan-Nya yang mutlak dalam kepemilikan dan pengaturan seluruh makhluk). Seluruh jiwa dan himmah/kehendaknya harus ia kaitkan dengan Allah, ia tidak memandang kecuali kepada-Nya, tidak menoleh ke selain-Nya, tidak mengharap tidak pula takut kecuali kepaa-Nya. Bagaimana tidak demikian, sedang ia seharusnya telah paham dari nama ini, bahwa sesungguhnya Dia adalah wujud yang hakiki dan haq, sedang selain Dia adalah lenyap binasa. Dengan demikian ia akan memandang bahwa dirinya adalah yang pertama binasa dan ia adalah sesuatu yang batil, yakni yang lenyap. Sungguh benar Rasul Saw ketika bersabda: Kalimat yang paling benar diucapkan seorang penyair adalah kalimat labid, yaitu segala sesuatu selain Allah pasti disentuh kebatilan (HR. Bukhari, Muslim, dan Ibn Majah dari Abu Hurairah). Demikian kurang lebih tulis Imam Ghazali.

Kalimat inilah, oleh banyak ulama, yang dilukiskan oleh Allah dengan firman-Nya: Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan, kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akanrnya teguh dan cabangnya ke langit, ia memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannyai(QS. Ibrahim [14]: 24-25)

Kalimat itu harus berbuah, buahnya adalah peneladanan Rasulullah Saw. Karena itu, kalimat syahadat itu saja—tanpa mengakui kerasulan nabi Muhammad Saw—belum cukup untuk menyelamatkan manusia. Kalimat itu adalah pusat yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak boleh dilepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya yang berkeliling di sekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supra natural, kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi, kesatuan kemanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia dan lain-lain.

Hadis yang meriwayatkan bahwa:
Siapa yang akhir ucapannya La Ilaha Illa Allah, dia akan masuk ke surga” (HR. Abu Daud), hendaknya tidak disalahpahami.

Penyebutan kata La Ila Illa Allah di sini merupakan singkatan dari ajaran Islam, atau istilah yang mengandung juga pengakuan kebenaran Nabi Muhammad Saw atau boleh jadi juga penyingkatan dari perawi hadis yang menyampaikannya. Di samping itu, jangan juga seseorang akan mampu menjadikan ucapan itu akhir kalimatnya, seandainya dalam kehidupannya di dunia dia tidak sering mengucapkan dan mengamalkan kandungannya. Karena biasanya kematian menemua seseorang sebagaimana kebiasaannya sehari-hari.

Itu sebabnya dalam talil ini setelah mengucapkan La Ilaha Illa Allah, sebanyak tiga puluh tiga atau seratus kali, langsung disusul dengan syahadat secara sempurnya, yaitu;

أشهد أن لا اله الا الله محمد رسول الله

La Ilaha Illa Allah, Muhammadun Rasulullah.

Selanjutnya, karena dalam ucapan di atas kita menyebut nama Nabi Muhammad Saw sedang setiap menyebut nama beliau kita hendaknya mengingat jasa dan bershalawat kepadanya, maka—walau singkat—ucapan syahadatain di atas disusul lagi dengan shalawat yang singkat dengan menyatakan Allahumma shalli ’ala Muhammad, Allahumma Shalli ’Alaihi wa Sallim.

(Artikel diadaptasi dari M. Quraish Shihab, Hidangan Ilahi dalam Ayat-ayat Tahlil, Penerbit Lentera Hati)


Comments

  1. Temukan Cara bagaimana Menambah penghasilan dari website anda bersama ads.kombes.com.

    Tayangkan Iklan Banner/Teks yang relevan sesuai dengan konten situs anda.

    Dapatkan penghasilan dari setiap klik iklan (60% untuk anda) oleh pengunjung melalui situs anda.

    Sistem Penyaring Iklan memungkinkan anda untuk menolak iklan dari pesaing situs anda.

    Anda dapat menampilkan iklan pada web/blog serta mesin pencari. Anda dapat memasang unit iklan kami bersama-sama dengan program iklan lainnya

    ReplyDelete

Post a Comment

TERIMAKASIH ANDA ANDA TELAH BUAT KOMENTAR DI SINI

Popular posts from this blog

Simbol Alif Lām Lām Hā' dalam Ilmu Shuhud

Menyadari Sir Allah dalam Diri

Mengenal Hakikat Diri Manusia (Bagian II)