Empat Amalan Mengundang Celaka

Empat perkara jika melanda diri seseorang atau satu perkara sahaja dari yang empat tersebut berarti suatu kecelakaan besar. Sabda Rasulullah s.a.w.:
من الشقاء أربع: قسوة القلب, وجمود العين, والحرص, وطول الأمل
"min al-syaqa' arba': qiswat al-qalb, wa jumud al-‛ayn, wa al-hirs, wa tul al-amal"

Termasuk bencana atau kecelakaan adalah empat perkara: 1) kerasnya hati, 2) bekunya mata, 3) serakah, dan 4) panjang angan-angan.
(al-hadis aw kama qala)



Empat perkara jika melanda diri seseorang atau satu perkara sahaja dari yang empat tersebut berarti suatu kecelakaan besar. Sabda Rasulullah s.a.w.:

من الشقاء أربع: قسوة القلب, وجمود العين, والحرص, وطول الأمل
"min al-syaqa' arba': qiswat al-qalb, wa jumud al-‛ayn, wa al-hirs, wa tul al-amal"

Termasuk bencana atau kecelakaan adalah empat perkara: 1) kerasnya hati, 2) bekunya mata, 3) serakah, dan 4) panjang angan-angan.(al-hadis aw kama qala)

Pertama, hati yang keras atau al-qolb al-qasi.
Hati yang keras adalah hati yang membatu, tidak mempedulikan nasihat-nasihat yang benar bahkan membantah dan melawan sekaligus menunjukkan kesombongan diri. Hati yang telah membatu sukar untuk dicairkan agar larut dalam kebajikan. Begitu kerasnya sehingga tidak membekas rasa takut kepada Allah. Padahal, kata Ibnu Umar r.a. …sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras (HR. Tirmidhi).

Kerasnya hati disebabkan oleh perbuatan dosa yang berkesinambungan tanpa diselangi dengan taubat kepada Allah: Barangsiapa yang melakukan perbuatan dosa maka nampaklah bintik-bintik dalam hatinya jika ia bertaubat maka hilanglah bintik kotoran tersebut. Dan kembali cemerlang hatinya. Sebaliknya jika ia enggan bertaubat bahkan ditumpuknya dengan dosa yang lain makin bertambah banyaklah bintik-bintik itu sehingga tertutuplah seluruh hatinya menjadi hitam pekat. (al-hadis aw kama qala).

Dalam al-Qur'an, bintik-bintik tersebut dinamakan RONA atau daki tebal yang menghitamkan dan sebentar lagi akan hancur.

Kedua, Kebekuan mata
Mata yang beku adalah mata yang tidak mampu melihat kebenaran walaupun dalam keadaan sehat dan kelopak matanya terbuka lebar. Namun ia tidak bisa membedakan mana yang merah dan mana yang putih, mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan, ia tidak mahu lagi peduli tentang benar atau salah. Mata yang di dalam hati telah kering, tidak ada yang mampu menyegarkannya walau air matanya selalu mengalir sampai habis. Inilah ego yang terlalu kuat di dalam diri.

Ketiga: Kerakusan Nafsu
Hidupnya dihambakan oleh nafsu tamak, serakah yang tidak pernah mengenal arti puas dan tidak akan bisa puas. Padahal, Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa tidak ada yang bisa memuaskan keinginan nafsu manusia kecuali tanah. "wala tamla' jawfa ibn adam illa al-turab" (tidak akan bisa memenuhi perut anak adam kecuali pasir-pasir).

Keempat: Panjang Angan-angan
Angan-angan tidak sama dengan cita-cita. Angan-angan tumbuh dari sifat pemalas. Manakala cita-cita tumbuh dari jiwa yang sadar, kreatif. Hidup memang harus memiliki landasan cita-cita yang jelas dan mulia yang dengan segala kesungguhan harus diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Hidup adalah gerak. Gerak adalah maju. Diam berarti bunuh diri. Belajarlah dengan semut.

Ada bermacam-macam hati. Hati yang keras disebut "al-qlb al-qasi" dan adapula yang jauh lebih parah bahayanya dari hati yang keras, yaitu "al-qalb al-ghafil" hati yang lalai. Apa bedanya?

Hati yang melawan, hati yang menentang, hati yang mempunyai reaksi keras. Jika kekerasan hati bisa ditujukan kepada hal-hal yang positif maka mereka akan menjadi orang-orang kuat yang gigih mempertahankan keyakinan. Contohnya, seperti sahabat-sahabat Nabi s.a.w. yang terdahulu, begitu keras hatinya memusuhi kebenaran, namun setelah mendapat petunjuk Allah dan rasul-Nya kekerasan hatinya berbalik menjadi sangat positif, keras dalam menentang kezaliman dan kemungkaran. Seperti halnya Umar bin al-Khattab r.a. dan lain-lain. Merekalah pahlawan-pahlawan Islam yang kuat, singa-singa Tuhan.

Berbeda dengan hati yang lalai. Ia dingin, jumud, beku, dan acuh tak acuh. Apaun yang didengarnya tidak menyentuh dan tidak mempunyai bekas sama sekali. Itulah hati yang mati.

Memang ia tidak melawan, tidak membantah. Benar atau salah, baginya sama saja. Hatinya dingin, membeku seperti salju. Segala peringatan, betapapun keras dan dahsyat dianggap tidak lebih dari sekedar angin lalu saja yang tidak ada artinya. Padahal, renungkanlah, sabda rasulullah s.a.w. bahwa "Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai". Walau seribu kali berdoa Tuhan tidak memperkenankannya. Tangan menadah, lidahnya memohon seribu hajat, namun hatinya lalai, inilah doa yang tidak mungkin dimakbulkan oleh Allah s.w.t.

Lebih celakanya lagi, terhadap orang yang seperti ini, Tuhan melarang kita untuk menaatinya: "dan janganlah engkau mematuhi orang yang kamu ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di dalam al-Qur'an, serta ia menurut hawa nafsunya, dan tingkah lakunya pula adalah melampaui kebenaran" (Q.S. ak-Kahfi: 28)

Semoga kita dikurniakan oleh Allah hanti yang pasrah kepada-Nya, yaitu qalbun salimun, hati yang selamat dan damai, sehingga kelak tidak termasuk orang-orang yang dihinakan dalam kehidupan berikutnya, karena kita telah memiliki hati yang selamat sejahtera. Hati yang beginilah yang akan menolong jalan kehidupan kita.
(artikel disarikan dari buku "Membersih Jiwa dari sifat Mazmumah" 2002. penyusun Nur Iman Affandi)


Comments

Popular posts from this blog

Simbol Alif Lām Lām Hā' dalam Ilmu Shuhud

Menyadari Sir Allah dalam Diri

Mengenal Hakikat Diri Manusia (Bagian II)