Seni Kehidupan Spiritual


Ujar Abah Abd Hakim, mengutip Syeikh Ibn Atha’illah dalam al-Hikam, “Bagaimanakah mungkin hati akan cemerlang bila gemerlap duniawi terpatri dalam dinding hati”.


Tidak sulit untuk mengetahui apakah dinding hati kita dipenuhi oleh gemerlap dunia atau persiapan utk akhirat. Lihatlah, di bidang apa saja hati ini menjadi resah. Bila hati resah karena kehilangan harta, takut tidak kebagian rezeki, berani tidak jujur demi sepeser dua peser uang, melangggar aturan agama demi dunia, itu berarti dinding hati kita tidak sekedar dipenuhi oleh gemerlap duniawi, tetapi sudah menjadi tawanan dunia.

Tetapi bila keresahan kita pada salat yang belum khusuk, bekal akhirat yg belum banyak, akhlak yg masih buruk, itu petanda hati kita berisi persiapan-persiapan akhirat. Memang mustahil untuk tidak terlibat dalam urusan2 duniawi, karena kita mencari penghidupan jasmani di sini dan mempersiapkan bekal akhirat di sini pula. Namun di saat yang sama, bagi roh kita, gemerlap dunia material ini adalah racun yang mematikan.

Di sinilah kita harus belajar dari lalat. Lalat mencari penghidupan di tempat yang menjijikkan, sampah yg sudah membusuk, daging yg sudah menjdi bangkai, nasi yang sudah basi, tetapi kita tidak pernah mendengar sekalipun bahwa ada lalat yang terserang tipes atau disentri. Mengapa? Krn menurut ilmuwan, lalat mempunyai kebiasaan yang unik, yaitu membersihkan diri. Setiap hinggap di suatu tempat, lalat senantiasa membersihkan tangan dan kakiknya. Setelah tangan dan kakinya benar-benar bersih, lalat membersihkan pula kepala dan sayapnya. Untuk makan, lalat tidak langsung melahap makanan itu, tetapi ia menuangkan cairan khusus pada makanan dgn belalainya, mengubah kekentalan makanan agar cocok dengan keadaan tubuhnya. Stelah itu, barulah dengan pompa penyerap, ia masukkan ke kerongkongan.

Subhanallah, luar biasa. Inilah seni kehidupan spiritual, kita harus mampu memagari diri dari racun-racun dunia dengan memasang system kekebalan spiritual. Agama telah memberikan kita formula anti virus ini. Formulanya adalah makan makanan yang halal, menjadikan kerja sebagai ibadah, hidupkan hati dengan zikrullah, hadirkan aktifitas demi tegaknya solat, peduli terhadap kesusahan orang lain dengan membayar zakat, bersyukur ketika mendapatkan, bersabar ketika kehilangan, tawakal dalam ketidakpastian, dan ketauhidan yang kokoh, yaitu segala sesuatu ada dalam genggaman Allah swt. Tubuh bergaul dengan makhluq, hati bergaul dengan Khaliq

Comments

Post a Comment

TERIMAKASIH ANDA ANDA TELAH BUAT KOMENTAR DI SINI

Popular posts from this blog

Simbol Alif Lām Lām Hā' dalam Ilmu Shuhud

Menyadari Sir Allah dalam Diri

Mengenal Hakikat Diri Manusia (Bagian II)