Generasi yang Selamat berkat Rahmat Allah
Diantara fase-fase usia generasi
kita yang cukup rawan adalah fase remaja dan pemuda. Remaja dalam usianya yang
berada antara anak-anak dan dewasa memiliki problema tersendiri. Secara fisik,
remaja masih menuju kematangan organ-organnya, demikian juga secara psikis
remaja sering ditandai dengan gejolak emosional yang belum matang. Mereka tidak
senang dikatakan sebagai anak-anak, tetapi mereka belum menunjukkan kedewasaan
yang ditandai dengan kemampuan berdiri sendiri, mengatasi problema sendiri,
bahkan sering membuat problema bagi orang lain, seperti prilaku kenakalan.
Ceritera remaja dan pemuda juga
terdapat dalam Alquran. Nabi Yusuf, Ashabul Kahfi, dan putra Nabi Nuh adalah segelintir ceritera
remaja dan pemuda yang dibentangkan Allah. Kecuali putra Nabi Nuh, para pemuda
tersebut, dengan rahmat Allah mampu melewati ujian-ujian kehidupan yang sangat
kritis.
1. Nabi Yusuf
Nabi Yusuf adalah sosok manusia
yang diceriterakan Alquran relative lengkap dan utuh, sejak masih anak-anak
hingga dewasa. Alquran sendiri
menyebutnya dengan ahsanal qasas (ceritera terindah). Ceritera ini terdapat
dalam surah Yusuf, surah ke-12 dalam Alquran. Surat ini dinamakan surat Yusuf
adalah karena titik berat dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf a.s. Riwayat
tersebut salah satu di antara cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. sebagai mukjizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan
surat ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail
bahwa segolongan orang Yahudi masuk agama Islam sesudah mereka mendengar cerita
Yusuf a.s. ini, karena sesuai dengan cerita-cerita yang mereka ketahui. Dari
cerita Yusuf a.s. ini, Nabi Muhammad s.a.w. mengambil pelajaran-pelajaran yang
banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya.
Ceritera kehidupan Nabi Yusuf
menggabungkan antara ceritera pribadi, keluarga, asmara, hingga penjara dan
politik yang diawali dengan mimpi dan berakhir dengan mukjizat kemampuan
mena’bir mimpi, kesengsaraan yang berakhir dengan kenikmatan.
Dalam beberapa ayat Alquran surah
Yusuf diceriterakan: “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya:
"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (ayat 4). Ayahnya berkata:
"Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu,
maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia."
(ayat 5). Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan
diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya
nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu)
Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(ayat 6). (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara
kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri,
padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita
adalah dalam kekeliruan yang nyata. (ayat 8). Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia
kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu
saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik (ayat 9).
Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi
masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir,
jika kamu hendak berbuat." (ayat 10) Kemudian datanglah kelompok
orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia
menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seorang anak
muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (ayat 19) Dan mereka menjual
Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa
tidak tertarik hatinya kepada Yusuf (ayat 20) Dan orang Mesir yang membelinya
berkata kepada isterinya: "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang
baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai
anak." Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada
Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan
Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahuinya. (ayat 21) Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya
menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup
pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata:
"Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku
dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
(ayat 23) Sesungguhnya wanita itu telah
bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (ayat
24) Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis
Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di
muka pintu. Wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang
bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum)
dengan azab yang pedih?" (ayat 25)
Singkat ceritera, Yusuf yang
punya mu’jizat mampu mena’bir mimpi, termasuk mimpi raja, akhirnya selamat dan
lulus dalam berbagai ujian. Yang paling berat dan paling menegangkan adalah
ujian godaan seorang wanita. Apa yang dikatakan Yusuf perihal godaan wanita
tersebut. Dalam ayat 53 surat Yusuf dijelaskan: Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Nafsu yang diberi rahmat oleh
Allah, demikian kata Yusuf, yang dapat selamat dari berbagai kejahatan. Nafsu
adalah keinginan yang bebas tak berbatas, kecuali dibatasi oleh rahmat Allah.
2. Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi (penghuni goa)
adalah sekumpulan pemuda yang mengasingkan diri ke dalam goa karena tidak ingin
bersama raja yang zalim dan menyerukan rakyatnya berbuat kensyirikan. Di dalam
goa mereka berdoa kepada Allah agar dilindungi dan diberi rahmat. Firman Allah
dalam surah al-Kahfi ayat 10 yang artinya: “(Ingatlah) tatkala para pemuda itu
mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan
kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
Dalam ayat 14 surah al-Kahfi,
Allah menjelaskan ceritera keteguhan akidah mereka ketika berhadapan dengan
raja yang zalim. Allah berfirman yang artinya: “Dan Kami meneguhkan hati mereka
diwaktu mereka berdiri (di hadapan raja Dikyanus/Decius yang zalim dan
menyombongkan diri), lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan
seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran".
Dengan rahmat Allah, mereka
diselamatkan melalui cara yang sangat ajaib, yaitu ditidurkan selama kerusakan
generasi terjadi, yaitu 309 tahun Allah menjelaskan dalam surah al-Kahfi ayat
25 yang artinya: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).”
3. Putra Nabi Nuh.
Berbeda dengan dua ceritera
sebelumnya yang selamat dari berbagai situasi kritis karena rahmat Allah, putra
Nabi Nuh adalah sebuah contoh kesengsaraan akibat dari jauh dari rahmat Allah.
Dalam surah Hud ayat 42 – 43 Allah menjelaskan: “Dan bahtera itu berlayar
membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya,
sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah
(ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang
kafir." Anaknya menjawab: "Aku
akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain
Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara
keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Tiga ceritera tadi memberi
peringatan bahwa rahmat Allahlah yang akan memberi keteguhan manusia dalam
menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan yang pasti akan ditemui setiap
insan. Ketika rahmat Allah datang, maka semua dapat terselesaikan, seperti
kasus Nabi Yusuf dan Ashabul Kahfi, tetapi ketika rahmat Allah jauh dan tak
berkenan, seperti anak Nabi Nuh, maka kesengsaraanlah yang akan diderita.
Oleh karena itu, kita harus
mencari lorong-lorong rahmat Allah itu agar kita dapat menyesuaikan diri dan
mendapatkannya.
1. Rahmat Allah diberikan kepada orang-orang yang senang ke
Mesjid untuk shalat berjamaah
Dalam riwayat Muslim (hadits No.
1685), Rasulullah bersabda, yang
artinya:
“Apabila kamu masuk masjid, maka
bacalah (doa) “Ya Allah bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu”
Hadits ini member isyarat bahwa
masjid adalah tempat pintu-pintu rahmat dibukakan oleh Allah.
2. Membaca dan merenungkan Alquran. Dalam surah
al-A’raf ayat 204, Allah menegaskan,
yang artinya: “Dan apabila Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
3. Bersabar atas musibah yang diterima. Dalam surah
al-Baqarah ayat 155-157, Allah menjelaskan, yang artinya: “Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
4. Mempererat tali silaturrahmi dan menciptakan perdamaian
dalam perselisihan. Dalam surah al-Hujurat ayat 10 Allah menegaskan yang
artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat Allah”
5. Menolong sesama, menegakkan shalat berjamaah, menunaikan
zakat, terlibat dalam kegiatan amar ma’ruf dan nahi munkar, dan memiliki hati
yang tunduk kepada ajaran Allah dan sunnah Rasul. Dalam surah At-Taubah ayat 71
Allah berfirman yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
artikel diadaptasi dari Dr.
Sukarni, MAg, buletin MUI Banjarmasin
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH ANDA ANDA TELAH BUAT KOMENTAR DI SINI